KISAH NYATA SEORANG GADIS KECIL YANG MERASA KEHILANGAN KEPERCAYAAN DIRINYA DI SAAT IA HARUS BERADA DIKOMUNITAS YANG BERQUALITAS
Al-kisah seorang gadis kecil yang bernama fathiyyah memilih jalan hidupnya untuk jenjang pendidikannya di suatu pondok pesantren yang notabennya adalah moderen. Sebut saja namanya Tia, dia adalah sosok seorang gadis yang pemalu, pendiam dan jarang bergaul dengan teman lainnya. Tetapi satu yang menjadi nilai lebih baginya yaitu ia mau berusaha dan bekerja keras. Suatu ketika pada salah satu rutinitas pondok yaitu kegiatan berpidato yang diadakan setiap seminggu dua kali, yang memang setiap santri wajib untuk mengikutinya dan wajib untuk menyampaikan khutbahnya ketika ia ditujuk sebagai kahotib/khotibahnya. Dan ketika itu lah Tia merasa takut dan minder jika ia harus menyampaikan khutbahnya atau intisari dari para khotibahnya, bahkan setiap kali ia maju untuk meyampaikannya para audience yang mendengarkannya tidak pernah meresponinya karena memang suara Tia kecil dan tak terdengar oleh para audience. Rutinitas itu Tia lalui dengan penuh rasa ketidak percayaan, sampai pada suatu ketika ada penyaringan anggota untuk orang-orang yang berqualitas dalam hal berpidato. Tia kaget ketika melihat ternyata nama dia tercantum pada jajaran orang-orang yang berqualitas tersebut di papan pengumuman. Pada hal kenyataannya ia tidak pernah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti audisi tersebut. Akhirnya dengan terpaksa ia masuk dengan perasaan yang begitu kacau, dan begitu kehilangan kepercayaan dirinya. Ia menganggap dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, bodoh dan tertinggal jauh jika dibandingkan dengan teman-temannya yang begitu antusias, pintar dan mahir dalam berpidato. Setiap kali ia melihat temannya berbicara lantang dan lancar di depan mimbar, rasa minder dibarengi keringat yang mengucur disekujur tubuhnya selalu menghantui, sempat terfikir oleh Tia untuk mundur dan keluar dari kelompok tersebut, karena ia menganggap ia tak mampu, dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Tetapi untung saja pemikiran tersebut tersendat oleh dukungan teman-temannya yang selalu memberikan semangat dan suport untuk Tia agar bisa menjadi lebih baik dan banyak belajar dari mereka, pada akhirnya kara menyadari bahwa setiap manusia pasti bisa untuk menjadi yang lebih baik, begitu juga dengannya ia pasti bisa seperti temannya yang pintar, fasih dalam menyampaikan khutbahnya, dan bersemangat selalu.. Sampai pada akhirnya, dengan rasa semangat, terus belajar, dan tidak putus asa ia bisa menjadi apa yang diharapkannya. Rasa percaya diri muncul dalam dirinya dan rasa minder yang selalu menghantuinya sedikit demi sedikit hilang meninggalkannya. Sampai pada suatu hari ia bisa menjadi the first winner of speech contest. Sungguh suatu prestasi yang tak pernah terbayangkan olehnya… Dari kisah nyata saya diatas merupakan suatu pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan mungkin juga untuk para pembaca. Karena suatu keterpurukan dan ketidakpercayaan tidak selamanya menyelimuti diri seseorang, selama seseorang tersebut yakin, mau berusaha dan semangat untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Al-Yaqiinu La Yuzaallu Bisyakki.. (Kepercayaan itu tidak hilang/ terhapus oleh keraguan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar